Menghadapi Orang yang Suka Playing Victim
Terkadang saya berpikir kenapa ada orang yang emosional pada sesuatu. Kenapa tidak membicarakan dengan baik-baik tanpa menghakimi orang lain dan selalu menyalahkan, menyudutkan bahkan memperlakukan dengan buruk orang lain.
Awalnya saya terkejut menghadapi orang yang toxic dan saya mengalami peristiwa yang membuat saya malu, sedih dan geram. Ya, ketika semua mata tak satu pun yang membela saya dan saya dimaki-maki tanpa ampun.
Sebenarnya saya bisa saja membela diri, tapi buat apa. Toh, apapun jawaban dan ucapan saya pasti tak di dengar oleh mereka karena orang yang emosi akan panas membara seperti api mereka tidak akan berfikir dengan logika.
Saya tidak membalas sepatah kata pun orang yang menyakiti saya karena saya sadar orang yang seperti itu sedang melakukan playing victim. Saya tidak takut dengan ancaman mereka, tapi saya ingat kalau kami sedang membangun citra positif sekolah sehingga kami tidak boleh gegabah dan harus hati-hati dalam bersikap.
Saya memang tidak pandai dalam berkomunikasi oleh karenanya, ketika saya mengatakan anak satu hal yg menyinggung orang lain, saya mendapatkan teguran.
zaman sekarang masih ada orang tua murid yang belum sadar akan kondisi kejiwaan anaknya apalagi tidak sadar tentang kepribadian, nilai akademis dan kondisi anaknya. Mereka lebih condong pada satu hal yaitu anaknya naik kelas atau tidak.
Mereka tidak memikirkan tentang bagaimana proses belajar dan mereka cenderung abai dengan kondisi anaknya. Di saat itulah saya mengamati semua yang terjadi dan mengambil pelajaran berharga bahwa dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya. Bisa jadi Allah tunjukkan saya bahwa masih ada orang tua murid yang melakukan playing victim.
Playing victim adalah perilaku manipulatif di mana seseorang secara sengaja memposisikan dirinya sebagai korban dan menyalahkan orang lain untuk menghindari tanggung jawab, menarik perhatian, simpati, atau mendapatkan keuntungan dari situasi tersebut.
Ciri-cirinya meliputi selalu menyalahkan orang lain, menghindari tanggung jawab, merasa tidak berdaya, dan sering membicarakan hal-hal negatif tentang diri sendiri. Perilaku ini dapat merusak hubungan sosial dan menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres atau depresi.
Ciri-ciri playing victim biasanya selalu menyalahkan orang lain: Cenderung mengalihkan kesalahan pada orang lain setiap kali ada masalah. Kemudian, menghindari tanggung jawab dan enggan mengakui kesalahan atau tanggung jawab atas tindakan mereka.
Mereka akan merasa tidak berdaya dan memposisikan diri sebagai orang yang tidak mampu mengubah keadaan atau tidak memiliki kendali atas hidup mereka.
Orang seperti ini mencari simpati atau perhatian. Selain itu, menggunakan peran korban untuk mendapatkan belas kasihan atau perhatian dari orang lain. Orang yang melakukan playing victim mempunyai pola pikir negatif, sering merasa hidup tidak adil atau semua orang memusuhi mereka.
Penyebab playing victim biasanya karena trauma atau pengalaman masa lalu, Hal ini juga menjadi mekanisme penanganan pengalaman traumatis atau pengkhianatan di masa lalu. Selain itu, pola pikir yang tidak sehat atau keyakinan bahwa mereka spesial dan pantas menyalahkan orang lain.
Ketidakmampuan untuk menghadapi masalah dengan baik, sehingga mencari "pelarian" dengan menjadi korban. Dampak playing victim pada diri seseorang dapat menjadi emosional, isolasi sosial, stres, kecemasan, dan depresi. Kemudian, dapat juga merusak hubungan, membuat orang lain merasa lelah dan terbebani, serta seringkali menimbulkan rasa frustrasi.
Sejujurnya, saya merasakan beban ketika harus berhadapan dengan orang yang playing fictim ini, tapi saya sudah berdamai dengan keadaan. Saya jadikan sebagai pengalaman dan pelajaran kedepannya.
Cara Menghadapi Orang Playing Victim
Bersikap objektif: Jangan terjebak dalam cerita dari sudut pandang mereka, coba cari fakta dari berbagai sumber. Jangan menyalahkan diri sendiri: Jangan meminta maaf jika Anda merasa tidak bersalah. Jangan "menyerang" mereka atau terjebak dalam perdebatan, karena hal itu bisa menjadi kesenangan bagi mereka.
Kurangi intensitas interaksi jika memungkinkan, terutama dalam lingkungan kerja atau keluarga, mereka harus mencari bantuan profesional. Jika perilaku mereka terlalu mengganggu, sarankan untuk berbicara dengan psikolog. Semoga tidak ada lagi orang yang melakukan playing victim dan saya berharap semoga tulisan ini bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar