Suami Pelit Rejeki Sempit


 

       Kutukan bagi seorang ibu rumah tangga adalah memiliki suami yang pelit. Hal ini merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pasangan suami istri. Setiap wanita pastinya tidak ada yang mau hidup dengan pasangan yang pelit, terutama bagi suami yang tidak mau menanggung beban kehidupan bersama. Seandainya setiap suami belanja kebutuhan hidup sehari-hari sendiri, membayar uang sekolah sendiri dan membayar ojek serta jasa pembantu rumah tangga pasti akan terkejut dengan angka yang cukup besar.

Ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga dapat menjadi pemicu rusaknya hubungan suami istri. Apalagi, kita tahu bahwa seorang istri tidak bisa sepenuhnya dibebankan mencari nafkah untuk membantu suaminya karena dihadapkan pada realita bahwa anak-anak harus dijaga dalam pengawasannya.

Begitu pula dalam soal mendidik, peran seorang istri begitu besar. Belum lagi biaya pendidikan di sekolah bertaraf nasional yang terintegrasi dengan nilai keagamaan sekarang biayanya cukup mahal. Jika menyewa jasa baby sitter, tentu pengeluaran dalam rumah tangga semakin melonjak.

Suami seharusnya mampu meringankan beban istrinya. Tidak memberikan beban hidup yang cukup berat dengan mencari nafkah. Istri sudah cukup berat tugas hariannya, jika ditambah dengan beban mencari nafkah, maka akibatnya akan mudah mengalami stres atau masalah mental. Hal ini sering terjadi di era masa kini. Saya telah mengamati banyak kasus seorang ibu yang bunuh diri bersama anaknya.

Begitu beratnya tugas sebagai seorang istri sampai akhirnya banyak perempuan di Indonesia yang jomblo selamanya, bahkan takut untuk menikah. Itulah alasan mengapa seharusnya seorang suami harus bertanggung jawab dalam menafkahi baik lahir maupun batin.

Tidak hanya itu, suami juga harusnya bersikap adil dalam menatur keuangan. Misalnya untuk keperluan pribadinya, orang tuanya dan investasi untuk keperluan masa depan serta untuk nafkah sehari-hari. Jangan sampai memperkaya diri sendiri, tapi istrinya hidup menderita karena suami yang pelit dan istri dituntut untuk pandai mengatur keuangan.

Saya yakin setiap perempuan pasti ingin hidupnya tercukupi dan bahagia. Namun, di era sekarang ini, saat BBM naik hidup terasa semakin sulit. Kelaparan di mana-mana, banyak anak yang putus sekolah, kejahatan merajalela dan gaya hidup sudah semakin tinggi serta sulitnya mencari pekerjaan. Sehingga terjadi maraknya kasus perceraian. Suami tidak mau peduli akan nasib istri dan anak-anaknya. Hanya mementingkan ego serta kepentingannya sendiri.

Inilah yang menjadi penyebab dan akar masalah rumahtangga yang sering terjadi. Tidak ada kebahagiaan dalam biduk rumah tangga sehingga banyak perempuan yang stres, bahkan berakhir dengan bunuh diri. Bagaimana bisa tercapai sakinah, mawadah warahmah?

Lelaki yang bertanggung jawab seharusnya berbagi tanggung jawab dan berperan serta dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Tidak mengandalkan pendapatan istri serta menjaga agar kondisi mental seorang istri baik-baik saja. Realitanya ketidakpedulian seringkali disebabkan oleh sikap cuek dan kurang romantis dari suami yang menyebabkan kerenganggan dalam hubungan suami dan istri.

Maka, diperlukan waktu me time untuk membicarakan hal yang penting ini guna mendapatkan kesepakatan bersama soal mengatur keuangan rumah tangga, bukan malah curiga pada istri dan menghina istri sebagai orang yang suka menghambur-hamburkan uang, padahal nyatanya tidak.

Dalam Al-Qur’an surat surat Ash-Shura: 39-42 Allah Swt berfirman artinya : "Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka, pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim, tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka. Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih, tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.”

Ibrah dari ayat ini yaitu jika seorang istri diperlakukan zalim, maka maafkanlah kesalahan suami dan tegur dengan cara baik-baik agar suami mau berubah. Setiap perbuatan seseorang didunia akan dibalas oleh Allah Swt dengan pengadilan-Nya. Kita tidak berhak untuk menghakimi, tapi kita bisa mencari solusi yang efektif dengan bicara dari hati ke hati dan berdoalah pada Sang pemilik hati agar suami kita tidak pelit dan dijauhkan dari perbuatan buruk.

Namun, hal yang penting sebagai seorang istri adalah selalu memelihara sifat qanaah agar kita tidak termasuk ke dalam golongan istri yang tidak bersyukur dengan pemberian suami dan karena Allah menyukai wanita yang selalu hidup qonaah. Jangan berlebih-lebihan dan hanya secukupnya saja membelanjakan harta yang dimilikinya kecuali untuk bersedekah di jalan Allah Swt.

Doa yang tulus dari hati akan sampai ke hati. Semangat untuk berjuang dalam menaklukkan hati suami. Belajar dan terus berproses menjadi istri yang saleha butuh waktu. Begitu pula suami kita, jadi bersabarlah jika usaha Anda belum berhasil. Semoga kita semua menjadi wanita yang taat dan takwa pada Allah Swt.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review film When gives you tangerines

Jangan Melakukan Tindak KDRT Psikis Bila Tidak Mau Kena Sanksi Hukum

Jurnal Harian Mereguk Ilmu