Aku, Kamu dan Sunyi
Senandika
Aku yang sedang merapikan kepingan jiwa yang retak tak ingin lagi menengok ke belakang. Sudah cukup rasanya, aku menyanyikan air mata sunyi di tengah badai yang tiada henti. Bukan karena aku lemah, tapi karena aku terperosok oleh pikiranku sendiri.
Aku ingin mengakhiri cerita patah tentang kita yang entah kapan bisa menyatu seperti dulu. Aku lelah hidup penuh pura-pura. Aku juga tak ingin mengukir sejarah tentang kita pada buah hatiku yang masih hijau mengenal dunia.
Apa kamu mengerti? Aku ingin terbang seperti burung. Ada atau tak ada tanpamu aku tak peduli. Aku ingin bisa berdiri di atas kakiku sendiri. Aku tidak tahu dengan siapa aku harus bercerita. Semakin hari berlalu, aku merasa tak berarti.
Adakah aku di hatimu? Ini pertanyaan yang paling lucu ketika semua mata memandang kita berada sebuah tempat yang sama hampir setiap hari. Ya, kita seperti orang asing yang sedang bermain lakon drama. Jangan kau bilang cinta ini palsu, itu semua bisa membunuhku.
Aku seperti ini karena kamu tak pernah ada. Hanya ada ragamu tapi tidak hatimu. Kamu adalah bagian cerita dari cerminku yang retak. Kamu bukan lagi impianku dalam negeri dongeng. Bagiku, kamu dingin bagai kristal es yang takkan mencair sampai kiamat tiba.
Aku hanya ingin mengukir mimpi untuk mereka. Tidak ada yang lain, duniaku untuk mereka. Bukan karena aku tak mau mewarnai duniaku yang sunyi, tapi karena keadaan memaksaku begini. Sudah cukup untuk hari-hari yang kau buat layu. Aku mau duniaku Kembali. Di senja yang cerah pada musim semi, aku ingin menikmati semilir angin bersama pelangi.
Bumiku, pagi buta. 21 April 2025
Komentar
Posting Komentar