Selesai Dengan Diri Sendiri


Sekelumit trauma di masa lalu membuat saya enggan berurusan dengan orang-orang toxic. Saya takut bicara dan tentu saja di saat mengalami fase yang berat seperti ditinggalkan saya benar-benar merasa tak bisa menutupi kenyataan. Menghadapi dunia itu tidak mudah.

 Saya harus berjuang dan bertarung waktu untuk keluar dari rasa trauma. Saya ingin memeluk diri sendiri, tak peduli dengan orang lain.

Saya cenderung dipengaruhi oleh keadaan. Ketika saya sadar, hanya kepada Allah saya mohon pertolongan. Sebab, ketika trauma datang tiba-tiba suara saya tercekat, wajah saya muram dan tangan saya bergetar tanpa kontrol. Rasa takut menghadapi orang-orang toxic membuat saya hampir menyerah.

Bukan berarti saya lemah dalam menghadapi kenyataan. Berdiri saja saya tak mampu. Ingi rasanya membalikkan badan dan cepat-cepat melewati fase tersebut. Mulut saya seakan terkunci dan pasrah. Saya tidak bisa berkata-kata.  

Apa yang harus saya lakukan untuk melewati fase trauma? Saya berusaha untuk sering tampil di hadapan orang lain yang belum pernah saya temui. Saya ingin melakukan yang terbaik agar semua berjalan dengan baik-baik saja.

Ekspektasi di pikiran harus bisa saya kendalikan karena bisa jadi ada tangan-tangan Allah yang membantu. Saya akan selalu berbuat baik. Namun, tidak bisa dipungkiri saya harus mengontrol keadaan mental saya. Terutama ketika kelelahan datang. Hal ini berdampak pada kondisi batin yang harus dibenahi. 

Saya bersyukur bisa melewati fase tersebut, tapi tidak tahu di masa depan. Saya harap semua yang datang dalam hidup saya bisa saya redam salah satunya rasa takut.

 Sebab, saya yakin Allah Swt tidak akan memberikan cobaan melewati batas kemampuan hambanya. Semuanya adalah proses, jalani saja skenario Allah dengan sabar dan ikhlas semua hal akan berjalan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review film When gives you tangerines

Jurnal Harian Mereguk Ilmu

Jangan Melakukan Tindak KDRT Psikis Bila Tidak Mau Kena Sanksi Hukum