Catatan Hati Perempuan
Tulisan ini dipersembahkan untuk semua Perempuan yang tengah terluka semoga Allah memberikan kekuatan dan penjagaan-Nya.
Gendang telingaku hampir pecah ketika prahara rumah tangga menyelimuti keluargaku. Bagaikan disambar petir siang bolong, jiwaku meronta terinjak-injak oleh suara teriakan yang terlontar dari mulut suami. Dia tak lagi bersikap manis seperti dulu, tapi bengis. Dia tak lagi memeluk, tapi memenjarakan. Aku tak bisa berbuat apa-apa dan hanya mengelus dada. Berharap ada keajaiban datang. Sesuatu yang bisa mengubahnya hanyalah Allah. Aku tak lagi berharap pada siapa pun kecuali kepada-Nya. Andaikan aku bisa berangkat untuk beribadah di Kota Makkah guna melaksanakan haji atau umrah. Aku ingin berdoa, "Ya Allah, berikanlah hidayah pada suamiku agar dia tak lagi mengucilkan aku, selalu berkata kasar, mencaci maki, dan bersikap arogan padaku."
"Ya Allah, jangan berikan aku cobaan melebihi batas kesanggupanku. Bila aku masih diizinkan untuk bernapas, tolong sembuhkan batinku dari luka dan dari ucapan lisan yang menyakiti. Ya Allah, Engkau yang Mah adil, berikanlah keadilan padaku agar aku bisa bangkit menjadi manusia yang mandiri, kuat, dan bisa berdikari di atas kemampuanku sendiri tanpa orang lain."
"Ya Allah, lapangkanlah hatiku untuk bisa memaafkan orang lain, ketika aku dilukai bertubi-tubi. Jangan sampai pertahananku goyah dan aku terjebak oleh dosa. Aku tahu masalah hidup semakin rumit. Allah, aku ingin bermunajat kepada-Mu pada siang dan malamku, aku ingin dekat kepada-Mu. Mungkin dengan begitu aku akan setangguh bidadari dari langit yang tak gentar, meskipun dicaci maki atau dihina."
"Ya Allah, mengapa takdir begitu kejam? Apakah karena suamiku tidak terima dengan latar belakangku yang lahir dari seorang ibu yang mengalami gangguan jiwa? Kenapa suamiku selalu menjelek-jelekkan aku dan mengungkit kekuranganku yang lahir dari ibu dengan penyakit kejiwaan? Kenapa suamiku selalu menyudutkan aku dengan menghinaku, 'Dasar Gila' aku bukan tidak terima dilabeli kata-kata itu, tetapi aku sedih. Seharusnya dia sebagai seorang imam di keluarga membimbingku dan menyayangiku, bukan malah menyakiti hatiku sampai hancur berkeping-keping.
Bisakah satu hari saja memujiku? Bisakah menghargaiku? Bisakah tidak mengungkit dan mengatakan dusta padaku? Allah, aku tidak terima dihina. Apakah aku salah? Aku bukan wanita bodoh yang hanya bisa diam ketika dihina. Allah, Engkau menganugerahi aku kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. Aku tahu aku berharga. Aku tahu kalau aku istimewa, tapi apakah aku harus diam ketika seseorang menginjak-injak harga diriku dan menghinaku?
Aku tahu dia mudah tersulut emosi, sehingga dia berkata kasar. Aku tahu dia khilaf. Namun, aku tidak mengerti kenapa dia tega melabeli aku dengan kata-kata kasar hampir setiap hari, bahkan sering. Aku juga manusia yang punya hati.
Aku tidak mau kalah dengan keadaan dan aku tidak mau patah hanya karena luka yang ia torehkan setiap hari. Aku yakin doa menembus langit. Aku akan buktikan padanya bahwa orang yang selama ini dia caci maki bisa tangguh dan mandiri. Bisa berprestasi dan bukan wanita sembarangan yang hanya diam ketika dihina, bahkan diremehkan. Aku akan buktikan kalau aku berharga. Aku tidak mau dikucilkan. Aku harus punya value agar bisa bersinar.
Aku tidak akan tenggelam oleh kesedihan dan aku tidak akan menangisi keadaan lagi. Sudah saatnya aku bangkit dan mengubah diri, bermetamorfosa menjadi wanita yang cantik, baik, dan sukses. Aku tidak mau mengemis pada laki-laki dan hanya diam saja ketika diremehkan. Aku tidak mau dipandang sebelah mata. Aku akan jadi lebih kuat dari sebelumnya.
Aku akan bisa menahan air mata dan aku tidak akan cengeng. Aku akan menguatkan hati anak-anak juga. Mereka harus disiapkan punya mental baja. Tidak mudah menangis karena keadaan dan mungkin inilah yang membuat aku sangat yakin kalau aku harus bisa meraih simpati anak-anak dan mendidik mereka tentang kehidupan agar mereka tidak menjadi manusia yang kesepian.
Aku tahu hidup memang tidak sempurna. Tidak apa, karena memang hidup ini tak perlu begitu. Biarlah aku peluk badai yang datang dan aku akan belajar melewati tantangan. Aku tidak akan takut, apalagi gentar. Mulai saat ini, biarkan hatiku memilih untuk memeluk Allah. Kepada Allah aku akan kembali. Aku akan berdamai dengan keadaan. Aku tidak akan meminta lebih dari apa yang Allah berikan. Aku hanya berdoa, semua aku kembalikan pada Allah. Aku tak peduli lagi seberapa lama aku harus bertahan dan menangis dalam kegelapan.
Aku tidak punya apa-apa kecuali Allah. Siapa pun yang merasa kuat melebihi Allah, aku tak peduli. Aku juga tidak takut sengsara karena Allah yang menolong setiap hamba. Aku tak peduli lagi dengan suamiku atau orang-orang terdekat yang menyakiti hatiku. Aku akan berontak dan melawan bila aku disakiti. Aku tidak akan takut karena aku juga manusia yang layak untuk dicintai, bukan dicaci maki.
Aku berharap tidak ada lagi wanita yang disakiti oleh laki-laki. Wanita tidak boleh lemah. Dia harus selalu berjuang untuk hidupnya karena hidup ini kadang ingin kita lebih kuat.

Komentar
Posting Komentar