Jurnal Perjalanan Hidup Refleksi Jejak Juang “Episode Bangkit”
Anak-anakkku, jika suatu saat aku pulang lebih dahulu ke kampung akhirat. Tulisan inilah yang akan kalian kenang. Aku tak mewariskan harta yang berlimpah, tapi hanya aksara dari lembar-lembar jalan juang perjalanan hidup ibu.
Tidak mudah menjadi diri ibu yang sekarang. Terlalu banyak drama bahkan ibu yang tak bisa diam ini terlalu banyak obsesi serta harapan. Ibu melanjutkan kuliah untuk masa depan. Impian yang ibu genggam serta semangat untuk bisa menjadi pembelajar.
Tanpa semangat mungkin perjuangan dan Impian tidak aka nada. Ibu sibuk sekali. Tidak ada waktu untuk bersantai atau sekadar istirahat. Ibu minta maaf sering menjemputmu tela, sering mengabaikan permintaanmu karena tak ada uang lagi di dompet dan sering terpaksa bilang iya tidak apa-apa padahal ibu tidak tahu dari mana uang untuk kebutuhan kamu besok.
Ibu terus bekerja part time selagi ada kesempatan. Ibu menjadi editor padahal ibu tidak begitu ahli hanya saja kenekadan ibu teruji setelah banyak ditempa. Ibu bersyukur punya komunitas literasi yang selalu memotivasi ibu untuk tumbuh.
Ibu tidak ada niat untuk lali dengan pekerjaan rumah tangga, tapi ibu sengaja diam agar kamu belajar memahami bahwa kami tidak meminta bantuan. Jadi bila ibu sibuk kerja bantulah tanpa diminta dan kerjakan kewajibanmu sebagai anak yaitu belajar di sekolah, mengaji dan mandiri untuk mengurus kebutuhan sendiri.
Maaf, karena ibu sering mengeluarkan uang untuk kepentingan orang lain karena dalam hidup ibu ingin bersedekah sebagai Tabungan di akhirat karena ibu tahu hidup ini untuk kebahagiaan sendiri dan meski ibu belum bisa membahagiakan kalian saat ini.
Maaf, ibu sangat saying. Jadi, ibu bicara tegas tentang aturan di rumah, tentang keharusan menyayangi saudara dan tentang laranagn bermusuhan dengan saudara apalagi menggunakan senjata tajamseperti pisau saat bertengkar.
Anak-anak kesayangan ibu, cobalah memahami keadaan ibu. Begitu juga kalian ibu tahu kalian butuh banyak uang, butuh sekolah dan butuh jajan. Namun, kebutuhan itu kadang ibu tidak sanggup untuk memenuhinya. Ibu berusaha melakukan pekerjaan apapun yang penting halal.
Bahkan dulu ibu nggak mau tampil, introvert dan malu. Sekarang, ibu mau belajar percaya diri, mengemban kepercayaan orang lain dan kerja siang malam demi mencari rejeki. Andai kalian tahu bagaimana pengorbanan orang tua dapatkah kalian memahami di usia tua ibu nanti? Dapatkah kalian mengerti kenapa ibu tidak bersantai?
Ibu tidak takut kedingingan dan lapar, tapi ibu takut kalau kalian tidak mendapatkan kehangatan dan kelaparan. Semoga ibu bisa melihat perjalanan kalian menuju Impian. Semangat jemput kesuksesan dan beranilah bermimpi.
Bumi Allah, 11 November 2025
Mother : Haura, Fawaz & Razka

Komentar
Posting Komentar