Goru Si Dugong Pemalas

 


Di perairan dangkal Pulau Cempedak Kalimantan Barat hiduplah seekor Dugong bernama Goru. Dia sedang bersenang-senang. 

Goru bertubuh besar dan gerakannya sangat lambat. Dia suka tidur di padang lamun dan mengunyah rumput laut dengan santai. Kemudian, dia bernyanyi merdu.

Cik cik periuk bilanga sumping dari jawe. Datang nek kecibok bawa kepiting dua ekok cak cak bur dalam belanga picak idung gigi rongak. Sape ketawa golok dipacung raja tunggal.

Saat sedang asyik, tiba-tiba seseorang yang memanggilnya.

“Goru!” panggil Dudu. “Kita balapan berenang, yuk.” Goru berhenti bernyanyi. Dia tidak menjawab dan hanya melirik pada Dudu. 

Dudu paham dengan isyarat itu. Goru selalu menolak diajak berolahraga lalu Dudu meninggalkan Goru sendirian.

“Ah ... ngapain capek-capek berolah raga, sih!”

 “Balapan renang pula. Enakan juga santai begini.  Hidup itu harus dinikmati.”

Goru melanjutkan aktivitasnya. Namun, tiba-tiba wajah Goru mengernyit. Kemudian, ia melepehkan makanan yang ada di mulutnya. 

“Iiih ... rumput lautnya nggak enak.” Goru meludah. “Hueeek ... kenapa rasanya bisa aneh gitu?” Goru langsung meminum air laut.

Setelah itu, Goru berenang mengitari padang lamun jenis Thalassia Hemprichi. Dia pun baru menyadari bahwa sebagian rumput laut telah layu. 

Rumput laut adalah makanan yang rendah serat yang dapat menjaga kesehatan Goru. Namun, sayangnya terancam oleh perubahan cuaca yang ekstrim sehingga membuat rumput laut di sini rusak. 

“Hei, Goru!” panggil Dudu. “Ayo kita pergi dari sini secepatnya. Ssst ... nanti kamu akan kelaparan, kalau tetap di sini,” bujuknya.

Tentu saja Goru tidak ingin kelaparan. Ia langsung mengikuti ajakan Dudu. Namun, saat baru berenang beberapa meter, Goru sudah kelelahan. Ia tertinggal jauh dari kawanannya.

“Tu-tungguuu!” teriak Goru.

Akan tetapi, Dudu dan kawanannya tidak mendengar teriakannya karena suara berisik tiba-tiba muncul di permukaan laut. Akhirnya, Goru sekuat tenaga menyusul mereka. Namun, tiba-tiba...

Swiiish ....

Sesuatu mengembang di atas air. Menjebak apa pun di dekatnya tanpa ampun. Goru menajamkan penglihatannya. Ia mencoba melihat benda tidak asing itu dari jarak dekat. Goru menghampiri benda tidak asing itu. “Hmm, apa ini?” tanya Goru. 

“Jaring pemburu!” Goru bergegas berbalik arah. Namun, sirip kirinya tersangkut jaring.

Bagaimana ini? Aku nggak mau tertangkap! 

Goru berusaha tenang. Ia tidak ingin mencuri perhatian pemburu. Sirip kanannya mencoba melepaskan jaring dari sirip kirinya secara perlahan. Masih dengan sikap tenang, Goru menukik. Kemudian, bersembunyi di celah karang besar.

Goru tersengal-sengal. Jantungnya berdebar kencang. Ia ketakutan. Hingga beberapa menit kemudian, suara berisik itu terdengar menjauh. Ia bersyukur dapat lolos dan juga merasa lega.

Goru tak dapat menahan air matanya. “Sekarang aku harus bagaimana? Aku menyesal selalu bermalas-malasan.  Aku ingin berenang bersama kawananku.” 

Akhirnya, Goru bertekad untuk berubah. Ia memberanikan diri melanjutkan berenang dengan hati-hati.

Goru kembali menyusuri lautan. Kelelahan yang dirasakannya sudah tidak dihiraukan lagi, dia bersemangat ingin menyusul sahabatnya. Hingga ia mendengar suara Dudu dan kawanan memanggil-manggil namanya. “Goru…Goru…” Senyum Goru mengembang. Ia pun mempercepat gerakannya.

“Duduuu ...!” teriak Goru. Ia berharap jika gema suaranya terdengar. Hingga tampak Dudu dan kawanannya sedang berkumpul.

“Goru! Kok, kamu bisa di sini? Syukurlah kamu berhasil menyusulku.” Dudu menghampiri Goru. Keduanya saling bertepuk sirip.

Goru senang tidak sendirian lagi dan dia dapat berkumpul dengan kawanannya. Ia menyadari sesuatu. “Wah, padang lamunnya subur! Rumput lautnya juga segar-segar.” 

Dudu terkikik. Namun, Goru tidak lupa akan janjinya, lalu memberitahukannya pada Dudu. 

“Dudu aku sekarang akan rajin berolahara. Nanti kita berenang bareng, yuk! Mulai sekarang, aku tidak akan bermalas-malasan lagi,” 

“Aku setuju karena dengan berolahraga tubuh kita akan sehat.”

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review film When gives you tangerines

Jangan Melakukan Tindak KDRT Psikis Bila Tidak Mau Kena Sanksi Hukum

Berdamai dengan Masa lalu